Kematian Ikan, Coreng Pariwisata Sumbar
Bisnis pariwisata Danau Maninjau semakin lumpuh. Setiap hari ribuan
ikan Keramba Jaring Apung yang ada di kawasan tersebut mengalami
kematian secara massal. Bangkai ikan serta bau amis yang ditimbulkan
membuat Danau Maninjau tidak menarik lagi untuk dikunjungi.
Terkait ini, Kepala Dinas Pariwisata Sumbar Burhasman Bur mengatakan insiden tahunan tersebut telah mencoreng dan membawa kerugian cukup besar untuk pariwisata di Sumbar. Kematian ikan keramba apung membuat niat wisatawan berkunjung ke Maninjau menjadi surut.
“Kematian ikan secara terus-menerus tersebut memang sangat merugikan sektor pariwisata Sumbar, khususnya Kabupaten Agam. Padahal, jika digarap dengan baik, wisata Danau Maninjau cukup potensial untuk meningkatkan perekonomian masyarakat kawasan Maninjau,” ucap Burhasman yang ditemui Haluan, Kamis (14/8).
Ia juga menyebut, meskipun Danau Maninjau merupakan salah satu kawasan wisata yang ada di Sumbar, namun Dinas Pariwasata Provinsi tidak bisa berbuat banyak untuk menangani masalah tersebut. Sebab, yang lebih berwenang melakukan pembenahan adalah Pemda Kabupaten Agam.
“Meskipun begitu, kita tetap mengimbau Pemda Agam agar segera mengambil tindakan yang progresif menyelesaikan permasalahan pembudidayaan keramba jaring apung ini,” paparnya.
Lebih lanjut, Burhasman menjelaskan jika disigi dari kepentingan wisata, keberadaan keramba jaring apung di sekitar kawasan Danau Maninjau sebenarnya bukanlah sesuatu yang buruk. Asalkan dikelola sesuai kapasitas dan merujuk pada aturan yang ada, menurutnya keramba jaring apung sangat berpotensi menarik wisatawan berkunjung.
“Keberadaan keramba itu bisa digunakan untuk menarik wisatawan. Misalnya, melalui keramba jaring apung wisatawan bisa diajak merasakan sensasi memberi makan ikan seraya menikmati indahnya pemandangan Danau,” tuturnya.
Tapi, Burhasman mengatakan semua itu hanya akan terwujud jika pengembangan ikan pada keramba jaring apung yang terdapat di Danau Maninjau diatur dengan baik dan tidak melebihi kapasitas daya dukung danau. (h/mg-len)
Terkait ini, Kepala Dinas Pariwisata Sumbar Burhasman Bur mengatakan insiden tahunan tersebut telah mencoreng dan membawa kerugian cukup besar untuk pariwisata di Sumbar. Kematian ikan keramba apung membuat niat wisatawan berkunjung ke Maninjau menjadi surut.
“Kematian ikan secara terus-menerus tersebut memang sangat merugikan sektor pariwisata Sumbar, khususnya Kabupaten Agam. Padahal, jika digarap dengan baik, wisata Danau Maninjau cukup potensial untuk meningkatkan perekonomian masyarakat kawasan Maninjau,” ucap Burhasman yang ditemui Haluan, Kamis (14/8).
Ia juga menyebut, meskipun Danau Maninjau merupakan salah satu kawasan wisata yang ada di Sumbar, namun Dinas Pariwasata Provinsi tidak bisa berbuat banyak untuk menangani masalah tersebut. Sebab, yang lebih berwenang melakukan pembenahan adalah Pemda Kabupaten Agam.
“Meskipun begitu, kita tetap mengimbau Pemda Agam agar segera mengambil tindakan yang progresif menyelesaikan permasalahan pembudidayaan keramba jaring apung ini,” paparnya.
Lebih lanjut, Burhasman menjelaskan jika disigi dari kepentingan wisata, keberadaan keramba jaring apung di sekitar kawasan Danau Maninjau sebenarnya bukanlah sesuatu yang buruk. Asalkan dikelola sesuai kapasitas dan merujuk pada aturan yang ada, menurutnya keramba jaring apung sangat berpotensi menarik wisatawan berkunjung.
“Keberadaan keramba itu bisa digunakan untuk menarik wisatawan. Misalnya, melalui keramba jaring apung wisatawan bisa diajak merasakan sensasi memberi makan ikan seraya menikmati indahnya pemandangan Danau,” tuturnya.
Tapi, Burhasman mengatakan semua itu hanya akan terwujud jika pengembangan ikan pada keramba jaring apung yang terdapat di Danau Maninjau diatur dengan baik dan tidak melebihi kapasitas daya dukung danau. (h/mg-len)
No comments