Ketika Asnimar dan Jutaan Rakyat Miskin Dambakan Rumah, BTN Hadir dalam Program Sejuta Rumah
Oleh
YURNALDI
Wartawan
Utama
Sabtu senja
pekan lalu, mendung sudah di ambang pintu. Sebentar lagi malam datang
menjelang. Hujan yang tiba-tiba lebat tentu saja mencemaskan bagi Asnimar (36),
janda beranak tujuh, warga Korong Duku Banyak, Nagari Balah Aia, Kecamatan VII
Koto Sungai Sariak, Kabupaten Padang Pariaman, sekitar 35 km utara Padang,
Sumatera Barat. Buru-buru Asnimar menyelesaikan pemasangan tenda plastik, yang
akan menjadi tempat istirahat dia dan anak-anaknya.
Tenda yang didirikan seukuran 3x3 meter, yang memungkinkan
masuknya becak ke dalam tenda. Becak menjadi tempat tidur bagi anak-anaknya,
sepulang memulung. Sebagian anak-anaknya tidur di terpal bekas beralaskan
karton. Kondisi memprihatinkan ini sudah berlangsung sejak lima bulan terakhir.
Sejak meninggal suaminya, Darman Muntir, yang sehari-hari pedagang, Asnimar
melanjutkan kehidupan dengan memulung.
Dua putra
Asnimar tertidur pulas di atas becak. (Foto: Rudi Yudistira)
“Lebih baik saya tidur di dalam
tenda, daripada bertengkar dengan sanak keluarga. Adik saya tidak sepaham
dengan saya, sehingga lebih baik bermalam di tenda,” jelas Asnimar. Asnimar
rindu memiliki rumah, tapi belum punya kesanggupan untuk itu. Kini, dua dari
tujuh anaknya, Malianis (5) dan Muhammad
Jamil (7) menderita radang paru-paru dan peritonitis akut yang dikuatkan bukti
diagnosa dokter. Jangankan untuk biaya berobat, mencukupi kebutuhan makan
sehari-hari saja begitu susah. Tak jarang anak-anaknya makan hanya dengan nasih
putih diberi garam sedikit.
Melihat kesusahan hidup yang
dijalani Asnimar bersama anak-anaknya yang putus sekolah, wartawan yang
tergabung di Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Padang Pariaman bahu-membahu
dan bergotong-royong membangun rumah kecil yang layak huni, rumah semi
permanen. Minimal, Asnimar yang ditinggal mati suaminya yang seorang pedagang,
tak lagi tidur di tenda dan di becak. “Tekad PWI Padang Pariaman membangun
rumah yang layak huni,” kata Ikhlas Bakri, Ketua PWI Padang Pariaman, kepada
pers di Pariaman.
PWI Pariaman
dibantu sejumlah masyarakat bergotong royong membangun rumah semi permanen
menerima sumbangan dari donator untuk pembangunan rumah semi permanen untuk
Asnimar, janda miskin beranak tujuh. (Foto: tomi tanbijo)
Secara terpisah, kehidupan susah dan
keprihatinan juga melanda Jusmaini, Warga Nagari Kampung Limo Koto, Kecamatan
Lubuk Alung, Kabupaten Padang Pariman. Rumah kayu, nyaris rubuh dan beralaskan
tanah itu, bukti faktual bahwa kemiskinan masih mendera sebagian warga.
Menurut Bupati Padang Pariaman Ali
Mukhni, di daerahnya terdapat 1.171 rumah tidak layak huni (RTLH). “Kita
mengajak perantau dan donatur turut membantu. Ringan sama dijinjing, berat sama
dipikul,” ujarnya.
Secara global, di balik keindahan
alam yang memesona di Ranah Minangkabau, Provinsi Sumatera Barat, angka
kemiskinan relatif tinggi. Data pada Badan Pusat Statistik Sumatera Barat
(2017), angka kemiskinan pada posisi Maret 2016 naik 6,30 persen menjadi
371.555 orang. September 2015 penduduk miskin di daerah berpenduduk 5.190.000
jiwa (2015) ini sebanyak 349.529 orang.
Sedangkan secara nasional, penduduk
miskin di Indonesia, penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah
garis kemiskinan, pada posisi Maret 2016 sebanyak 28,01 juta (10,86 persen).
Berkurang sebanyak 0,50 juta dibandingkan kondisi September 2015 yang mencapai
28,59 juta orang.
Terlepas dari kondisi kemiskinan
itu, yang mesti menjadi fokus perhatian pemerintah adalah bahwa masih banyak
rakyat Indonesia yang tinggal di rumah tidak layak huni. Kantor berita BBC (bbc.news) tahun 2015 melaporkan,
dari sekitar 240 juta jiwa penduduk Indonesia, terdapat 60 persen atau sekitar
150 juta orang yang hidup di bawah garis kemiskinan dan tinggal di rumah yang
tidak layak huni.
Namun Dirjen Penyediaan Perumahan
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Syarif Burhanudin
mengatakan, masih ada 3,4 juta penduduk Indonesia tinggal di rumah tak layak
huni dan 13 juta lainnya tidak memiliki rumah. “Jumlah itu dinilai akan terus
bertambah seiring adanya pernikahan, perceraian, dan kelahiran. Pada kepala
daerah diimbau membangun rumah susun sederhana sewa (rusunawa) agar masyarakat
mendapat rumah,” katanya.
Menurut Syarif Burhanudin, sistem
sewa bisa menjadi pilihan bagi masyarakat dengan penghasilan di bawah Rp4 juta.
Saat ini hampir 40 persen dari total penduduk Indonesia menyicil rumah, namun
penghasilannya juga di bawah Rp4 juta. Sistem sewa rumah adalah solusi terbaik
sambil menunggu tabungan mereka cukup untuk membeli rumah,” ujar Syarif, 11
April 2016.
Program Sejuta
Rumah
Pemerintah jelas tak menginginkan
rakyatnya miskin tak berdaya tinggal di gubuk derita, rumah tak layak huni.
Juga tak menginginkan ada warga yang sepanjang hayatnya tak memiliki rumah.
Jika kebutuhan pokok berupa rumah sudah terpenuhi, maka kehidupan masyarakat
bisa lebih baik. Lingkungan juga menjadi lebih baik, karena pemukiman kumuh
bisa dikurangi atau dihilangkan sama sekali. Untuk itu, pemerintahan Presiden
Jokowi-Jusuf Kalla melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
mencanangkan Program Sejuta Rumah, 29 April 2015 lalu.
Presiden Indonesia Joko Widodo pada Peluncuran Program Nasional Sejuta
Rumah, 29 April 2015.(Foto Sekkab.go.id)
Yang disasar tentu saja kalangan
keluarga miskin, dengan menyediakan rumah bersubsidi, dengan harga dan cicilan
yang terjangkau. Rumah yang dibangun merupakan kategori rumah fasilitas
likuiditas pembiayaan perumahan (FLPP) atau rumah bersubsidi. Sehingga diharapkan
semua aparatur sipil negara (ASN) dan masyarakat berpenghasilan rendah, seperti
nelayan dan buruh, juga TNI/Polri.
Presiden Joko Widodo mengatakan,
angka satu juta itu sebetulnya kalau regulasinya mendukung, itu sangat cepat
sekali kebutuhan perumahan itu bisa kita bangun. Tidak tergantung kepada
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Bisa disalurkan ke pengembang
swasta lewat Bank Tabungan Negara, misalnya, semua bisa dilakukan. “Inilah saya
kira terobosan-terobosan yang perlu kita kerjakan agar kecepatan pembangunan
itu betul-betul bisa dilakukan,” ujarnya.
Program Sejuta Rumah meliputi
603.516 unit rumah untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) dan 396.484
unit rumah lainnya untuk non-MBR. Pemerintah memberikan sejumlah kemudahan,
antara lain pembebasan pajak pertambahan nilai (PPN) yang dibagi dalam sembilan
zona, sehingga harga rumah berbeda antara zona yang satu dengan zona lainnya.
Contoh, harga jual 1 unit rumah di kawasan Jabodetabek maksimal Rp120 juta, di
Jawa (selain Jaboetabek) Rp 105 juta, di Sumatera (selain Babel) Rp105 juta, di
Kalimantan Rp118 juta, Sulawesi Rp110 juta, dan di Papua serta Papua Barat
harga satu unit rumah mencapai Rp165 juta.
Selain bebas PPN, Program Sejuta Rumah juga memberikan syarat uang
muka yang kecil, yakni hanya 1 persen dari total harga rumah. Beda dengan uang
muka perumahan komersial yang berkisar 20 persen sampai 30 persen dari total
harga rumah. Lalu, beban bunga hanya 5 persen. Lebih ringan 2,5 persen
dibandingkan dengan bunga program perumahan komersial. Untuk Program Sejuta
Rumah ini, tenor pembayaran kredit relatif lama, sampai dengan 20 tahun, dengan
angsuran sebesar Rp500 ribu sampai Rp600 ribu per bulan.
Ada 2 jenis
rumah yang akan dibangun pemerintah dalam Program Sejuta Rumah ini. Pertama
bentuk Rumah Setapak dan yang kedua bentuk Rumah Susun. Untuk rumah setapak,
disyaratkan penghasilan maksimal Rp4 juta per bulan. Sedangkan untuk bisa
memiliki rumah susun, penghasilan tak lebih dari Rp7 juta per bulam.
Selain itu calon pembeli juga harus
mempunyai data yang menunjukkan jika dirinya belum memiliki tempat tinggal.
Selanjutnya, calon pembeli harus membuat surat pernyataan belum pernah mendapat
subsidi rumah dari pemerintah atau swasta. Karena rumah murah dari Program
Sejuta Rumah ini hanya ditujukan untuk rumah pertama sehingga calon pembeli
harus belum pernah mendapatkan subsidi perumahan.
Ketentuan selanjutnya adalah calon
pembeli harus memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). NPWP ini akan digunakan
untuk pendataan dalam mendapatkan rumah
murah dari Program Sejuta Rumah. Hal lain yang harus dicatat adalah calon
pembeli adalah tidak boleh menyewakan atau mengalihkan kepemilikan dalam 5
tahun. Kalau ada yang menyewakan maka harus dikembalikan ke pemerintah. Syarat
dan ketentuan ini digunakan supaya pemberian rumah dari Program Sejuta Rumah
tersebut tidak disalah gunakan dan tidak salah sasaran.
“Pada
tahun 2016 ini program sejuta rumah masih menargetkan pembangunan 1.000.000
unit rumah. Adapun target pembangunan rumah untuk MBR nantinya akan lebih besar
yakni mencapai 700.000 unit rumah,
sedangkan non-MBR hanya 300.000 unit rumah,”
kata Direktur Jenderal Penyediaan Perumahan Kementerian PUPR Syarif Burhanuddin
saat Rapat Koordinasi Program Sejuta Rumah di Kantor Kementerian PUPR, Jakarta,
Selasa (1/3).
Syarif menjelaskan, berdasarkan sasaran
Program Sejuta Rumah tahun 2016 ditetapkan bahwa pembangunan rumah untuk MBR
nantinya akan lebih banyak daripada rumah non MBR. Pembangunan rumah untuk MBR
yang akan dilaksanakan oleh pemerintah melalui Kementerian PUPR sesuai APBN
hanya sebanyak 113.422 unit dan rumah MBR yang dibiayai non-APBN adalah 586.578
unit. Sedangkan sisanya yakni rumah non-MBR 300.000 unit diserahkan kepada
pengembang dan masyarakat melalui pembangunan rumah komersial dan umum.
“Dari 113.422 unit rumah MBR yang akan
dilaksanakan oleh Kementerian PUPR adalah pembangunan Rusunawa 12.072 unit,
program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS) atau bedah rumah melalui
peningkatan kualitas rumah 94.000 unit dan pembangunan rumah baru MBR sebanyak
1.000 unit dan pembangunan rumah khusus sebanyak 6.350 unit. Adapun pembangunan rumah MBR yang melalui
non-APBN adalah lewat penyaluran KPR Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan
(FLPP) dan non-FLPP,” jelasnya.
Perumahan Batang
Kabung Asri, Kota Padang, memanfaatkan KPR BTN (foto: yurnaldi)
Menurut data, di Provinsi Kalimantan
Barat akan dibangun rumah setapak 15.893 unit. Provinsi Kalimantan Selatan
rumah setapak sebanyak 8.429 unit. Provinsi Kalimantan Utara 320 rumah setapak.
Provinsi Kalimantan Tengah rumah setapak 975 unit. Provinsi Kalimantan Timur
sebanyak 5.832 unit. Selain itu masih ada Provinsi Bali, Nusa Tenggara Barat,
Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Barat, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara,
Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Gorontalo, Maluku, Maluku Utara, Papua dan
Papua Barat. Jumlah unitnya tidak sama tiap provinsi, karena memang disesuaikan
dengan kebutuhan masing-asing daerah.
Daftar Proyek Program Sejuta Rumah ini
rencananya dibuat di 34 provinsi di seluruh Indonesia. Pertama Propinsi Nangroe
Aceh Darussalam yang akan dibuat 5.954 unit rumah setapak. Provinsi Sumatera
Utara sebanyak 16.305 unit rumah setapak dan rumah susun sebanyak 1.832 unit.
Untuk Provinsi Sumatera Barat sebanyak 3.332 unit rumah setapak. Provinsi Riau
akan dibangun sebanyak 6.523 unit rumah setapak. Untuk Provinsi Kepulauan Riau
akan dibuat rumah setapak sebanyak 7.721 unit. Provinsi Lampung akan dibangun
rumah setapak sebanyak 9.032 unit. Selanjutnya untuk Provinsi Sumatera Selatan
akan dibangun rumah setapak sebanyak 7.926 unit dan rumah susun sebanyak 2000
unit. Untuk Provinsi Jambi akan dibuat rumah setapak sebanyak 4.344 unit.
Provinsi Bengkulu akan dibangun 5.426 unit rumah setapak. Di Provinsi Bangka
Belitung akan dibangun 7.530 unit rumah setapak.
Provinsi Banten akan direncanakan
dibangun rumah setapak sebanyak 14.615 unit. Untuk Provinsi Yogyakarta akan
dibangun rumah setapak sebanyak 977 unit. Provinsi DKI Jakarta akan dibangun
rumah setapak sebanyak 50 unit dan rumah susun sebanyak 15.903 unit.
Selanjutnya untuk daerah Jawa Barat akan dibangun rumah setapak sebanyak 74.263
unit dan rumah susun sebanyak 3.754
unit. Untuk provinsi Jawa Tengah akan dibangun rumah setapak 11.720 unit dan
rumah susun 350 unit serta rusunnawa sebanyak 184 unit. Provinsi Jawa Timur
akan dibangun rumah setapak 26.717 unit dan rusunnami 1,200 unit.
Direktur
Jenderal Penyediaan Perumahan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
(PUPR) Syarif Burhanuddin menyatakan program satu juta rumah terealisasi 805.169
unit tahun 2016 atau sekitar 80,51 persen dari target. Rinciannya 569.382 unit
merupakan rumah masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) yang terdiri dari atas
rumah susun sewa, rumah khusus, dan rumah swadaya. Sedangkan 235.787 unit
lainnya adalah rumah non_MBR. Pencapaian itu meningkat dibanding tahun 2015
lalu yang hanya terealisasi 699.770 unit. Dia mengimbau masyarakat yang ingin
mengetahui informasi lebih lanjut tentang perkembangan Program Sejuta Rumah
untuk mengakses website sejutarumah.id.
“Masyarakat
bisa mengakses website sejutarumah.id untuk mengetahui
informasi tentang Program Sejuta Rumah yang telah dicanangkan presiden,” ujar Syarif Burhanuddin, Selasa (3/1/2017) di
Jakarta. Masyarakat yang ingin bertanya lebih jauh tentang program tersebut
juga bisa mengirimkan pertanyaan via email ke sejutarumah@pu.go.id dan info@sejutarumah.id.
Meskipun
koordinasi terus dilaksanakan, Syarif menjelaskan, pihaknya mendata setidaknya
ada tujuh kendala yang dihadapi di lapangan terkait pelaksanaan program sejuta
rumah ini. Pertama, belum tersosialisasinya dengan
baik Program Sejuta Rumah kepada pemangku kepentingan di daerah. Kedua, data
perumahan yang kurang akurat, ketiga adalah perumahan belum menjadi program
utama pemerintah daerah, ke empat yakni regulasi pemerintah daerah terkait
pembangunan rumah/perumahan belum mendukung.
Kelima,
jenis perizinan/non perizinan pembangunan perumahan, persyaratan dan proses
penerbitan masih cukup banyak, keenam adanya kerbatasnya lahan dan harga tanah
yang mahal, dan ke tujuh adalah tingginya persyaratan KPR oleh Bank Indonesia
“Untuk mencapai target Program Sejuta
Rumah ini semua pihak dapat saling bekerjasama di lapangan. Dan kami berharap
Pemda pun bisa mempermudah perijinan pembangunan rumah bagi MBR di daerah
sehingga seluruh masyarakat bisa memiliki rumah yang layak huni dengan harga
yang terjangkau,” harapnya.
Peran Bank
Tabungan Negara
DBM Business PT Bank Tabungan Negara
(Persero) Tbk Kantor Cabang Padang, Bahruddin, kepada KabarMinang.com di Padang mengatakan, antusias warga Sumatera Barat
untuk mendapatkan pembiayaan rumah dari BTN terus meningkat. Termasuk untuk
Program Sejuta Rumah. “Tahun 2017 kita menargetkan Rp500 miliar untuk
pembiayaan perumahan. Sebesar Rp400 miliar di antaranya khusus KPR , sedangkan tahun
2016 realisasi Rp338 miliar,” katanya.
Dia menjelaskan, tahun 2017 juga sudah
ada kesepahaman tripatrit antara Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI),
Pengembang dan BTN. Untuk kalangan guru anggota PGRI, rumah bersubsidi bunganya
5 persen sampai lumas, dengan harga jual rumah Rp123 juta. Sedangkan untuk
rumah non-subsidi bunganya 8,73 persen sampai 10,25 persen, tergantung masa
pelunasan 1 sampai 5 tahun. “Posisi sekarang, pembiayaan rumah oleh BTN di
Sumatera Barat sebesar Rp1,3 triliun,” ungkap Bahruddin.
PT Bank Tabungan
Negara (Persero) Tbk Cabang Padang, Sumatera Barat. (Foto Yurnaldi)
Dia menjelaskan, tahun 2017 juga sudah
ada kesepahaman tripatrit antara Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI),
Pengembang dan BTN. Untuk kalangan guru anggota PGRI, rumah bersubsidi bunganya
5 persen sampai lumas, dengan harga jual rumah Rp123 juta. Sedangkan untuk
rumah non-subsidi bunganya 8,73 persen sampai 10,25 persen, tergantung masa
pelunasan 1 sampai 5 tahun. “Posisi sekarang, pembiayaan rumah oleh BTN di
Sumatera Barat sebesar Rp1,3 triliun,” ungkap Bahruddin.
Secara terpisah, Direktur Utama BTN
Maryono kepada pers di Jakarta mengatakan, karena core business (bisnis inti) Bank Tabungan Negara adalah memberikan
kredit pembiayaan rumah, maka untuk menyukseskan Program Sejuta Rumah ini
(BTN) pemerintah lebih banyak
mengarahkan ke BTN, di mana sekitar 94% pengadaannya diserap oleh BTN.
Pembangunan rumah ini dilakukan secara bertahap. Pada tahap pertama dibangun
hunian murah sebanyak 331.693 unit, dengan rincian 305.727 unit rumah setapak,
25.678 unit rusunami, dan 288 unit rusunawa.
Menurut dia, rendahnya uang muka rumah
sebesar satu persen diyakini bisa meningkatkan daya beli masyarakat. Suku bunga
yang ditetapkan dalam Program Sejuta Rumah ini sebesar 5 persen. Bunga itu
tidak akan berubah-ubah selama 20 tahun. “Sehingga masyarakat akan punya
dorongan untuk beli rumah ini,” tambahnya.
Rusunawa bagi
nelayan Purus, Kota Padang. (Foto yurnaldi)
Pemerintah juga berusaha
mengantisipasi bila terjadi kredit macet. Solusi yang akan diambil adalah rumah
yang dibangun akan diasuransikan. Perusahaan asuransinya akan dilelang, tapi
diutamakan pada asuransi dari BUMN. "Program pemerintah ini skemanya
kredit KPR FLPP dengan subsidi. KPR ini di samping ada agunan rumah itu juga
ada diasuransikan kreditnya, untuk mengeliminasi resiko bilamana ada kredit
yang macet," Maryono menjelaskan.
PT BTN (Persero) Tbk atau BTN optimistis
menyelesaikan mandat pemerintah sebagai integrator penyalur Kredit Pemilikan
Rumah (KPR) dalam Program Sejuta Rumah yang ditetapkan oleh pemerintah. Sampai
dengan 30 September 2016 Bank BTN telah merealisasikan kredit untuk mendukung
Program Sejuta Rumah sebesar Rp49,7 Triliun, dengan jumlah pembiayaan KPR dan
penyediaan Kredit Konstruksi sebanyak 467.153 unit rumah atau 82 persen dari
target tahun ini yang mencapai 570.000 unit rumah.
Direktur Utama BTN Maryono mengatakan,
dengan berbagai stimulus kebijakan yang telah ditetapkan pemerintah dalam
rangka mempercepat realisasi program tersebut, perseroan menaruh harapan yang
sangat besar untuk dapat menjadi stimulan seluruh pihak terkait dengan Program
Sejuta Rumah. Hal ini dapat dilihat dari penguasaan pangsa pasar sebesar 32,8
persen per 30 Juni 2016, serta porsi pembiayaan pada kredit perumahan masih
mendominasi dengan komposisi 91 persen atau sebesar Rp140,1 triliun dari total
kredit yang disalurkan perseroan posisi per 30 September 2016 sebesar Rp153,8
triliun. Sementara sisanya yang sebesar 9 persen atau sebesar Rp13,7 triliun
disalurkan untuk pembiayaan kredit non perumahan.
Dari total kredit yang disalurkan ke sektor perumahan tersebut, 34,0 persen atau sebesar Rp52,3 triliun disalurkan untuk KPR subsidi. Sementara sebesar Rp58,6 triliun atau sekitar 38,1 persen disalurkan untuk KPR non subsidi. Sisanya masing-masing disalurkan untuk pembiayaan terkait perumahan sebesar Rp8,7 triliun dan kredit konstruksi sebesar Rp20,6 triliun.
Dari total kredit yang disalurkan ke sektor perumahan tersebut, 34,0 persen atau sebesar Rp52,3 triliun disalurkan untuk KPR subsidi. Sementara sebesar Rp58,6 triliun atau sekitar 38,1 persen disalurkan untuk KPR non subsidi. Sisanya masing-masing disalurkan untuk pembiayaan terkait perumahan sebesar Rp8,7 triliun dan kredit konstruksi sebesar Rp20,6 triliun.
Maryono menjelaskan, komitmen PT
Bank Tabungan Negara Tbk (Bank BTN) dalam mendukung program perumahan untuk
rakyat terus dipertahankan. Selama 40 tahun, Bank BTN telah menyalurkan Kredit
Pemilikan Rumah (KPR) untuk lebih dari 3,77 juta unit rumah dengan nilai kredit
sebesar Rp178 triliun di seluruh Indonesia. Bank BTN konsisten berkontribusi di
berbagai program pemerintah untuk menyediakan rumah bagi seluruh segmen
masyarakat, terutama dalam hal pembiayaan.
Dalam perjalanannya selama 40 tahun Bank
BTN ikut andil dalam program pembiayaan rumah yang diprakarsai oleh Pemerintah
terutama program KPR Subsidi, dimulai sejak skema Kredit Likuiditas Bank
Indonesia, subsidi bunga, subsidi uang muka hingga Fasilitas Likuiditas
Pembiayaan Perumahan (FLPP). Konsistensi Bank BTN juga teruji saat
dinamika ekonomi dan politik terjadi, penyaluran KPR Subsidi BTN tetap
terdepan sehingga Bank BTN, berdasarkan data Kementerian PUPR tetap
mempertahankan pangsa pasarnya di KPR Subsidi sebesar 97 % (data per Juni
2016).
Sebagai penguasa pasar, sejak tahun 1976 hingga September 2016 Bank BTN telah mengucurkan KPR Subsidi untuk 2,9 juta unit rumah dengan total kredit mencapai Rp 84,8 triliun. Kiprah Bank BTN untuk menyukseskan program pemerintah tidak hanya dalam pelayanan KPR Subsidi,tapi juga pada program sejuta rumah yang dicanangkan Presiden Joko Widodo pada tanggal 29 April 2015. Pada program tersebut, Bank BTN mengucurkan KPR dan kredit konstruksi.
Sebagai penguasa pasar, sejak tahun 1976 hingga September 2016 Bank BTN telah mengucurkan KPR Subsidi untuk 2,9 juta unit rumah dengan total kredit mencapai Rp 84,8 triliun. Kiprah Bank BTN untuk menyukseskan program pemerintah tidak hanya dalam pelayanan KPR Subsidi,tapi juga pada program sejuta rumah yang dicanangkan Presiden Joko Widodo pada tanggal 29 April 2015. Pada program tersebut, Bank BTN mengucurkan KPR dan kredit konstruksi.
Rumah tipe-36
KPR BTN di Perumahan Batang Kabung Asri, Kota Padang. (Foto Yurnaldi)
“Per 30 November 2016, dari target 570
ribu unit rumah, Bank BTN sudah menyalurkan KPR untuk 187.588 unit rumah dengan
dukungan kredit konstruksi belum KPR sebesar 361.139 unit
rumah,” kata Maryono. Pencapaian tersebut sudah memenuhi 96 persen
dari target. Untuk mengejar target, Bank BTN menawarkan sejumlah solusi dan
strategi, diantaranya dengan inovasi digital lewat pengajuan aplikasi KPR
secara online, dan mengoptimalkan situs www.btnproperti.co.id
memudahkan nasabah meraih properti impiannya.
Sementara untuk tahun 2017 mendatang,
sesuai dengan amanat pemerintah lewat Paket Kebijakan Ekonomi Jilid XIII
untuk program rumah bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah atau MBR, BTN akan
menguji coba skim KPR bagi pekerja informal dan Masyarakat berpenghasilan
rendah.
Pencapaian Bank BTN dalam mendukung program sejuta rumah, tidak lepas dari peranan Kementerian BUMN dan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dalam mensinergikan BUMN lain, terutama BUMN Karya. Selain peran Pemerintah, Bank BTN juga banyak didukung oleh para pengembang properti yang selama ini menjadi mitra setia Bank BTN, tercatat sebanyak 3.000 pengembang yang telah bekerja sama dengan Bank BTN.(www.btn.co.id)
Pencapaian Bank BTN dalam mendukung program sejuta rumah, tidak lepas dari peranan Kementerian BUMN dan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dalam mensinergikan BUMN lain, terutama BUMN Karya. Selain peran Pemerintah, Bank BTN juga banyak didukung oleh para pengembang properti yang selama ini menjadi mitra setia Bank BTN, tercatat sebanyak 3.000 pengembang yang telah bekerja sama dengan Bank BTN.(www.btn.co.id)
Direktur Utama BTN Maryono mengatakan,
untuk mempercepat target penurunan backlog
perumahan khususnya bagi MBR, perseroan melakukan sejumlah langkah
penyederhanaan. Salah satunya adalah mempercepat waktu yang dibutuhkan untuk
mengajukan permohonan kredit pemilikan rumah (KPR) dari 10 hari menjadi 3 hari.
“Sekarang ini untuk pengajuan KPR BTN sampai dengan approval membutuhkan waktu
5-10 hari. Ini akan kami turunkan (percepat) menjadi tiga hari,” kata Maryono
(26/10/2016).
Saat ini ada backlog perumahan mencapai
13,6 juta unit. Angka tersebut adalah berdasarkan laporan BPS tahun 2010.
Menurut perhitungan Maryono, jika mengacu program satu juta rumah, maka
dibutuhkan waktu 13 tahun untuk menyediakan perumahan bagi seluruh masyarakat.
Dengan demikian diperkirakan kebutuhan 13,6 juta unit rumah baru akan terpenuhi
seluruhnya pada 2028 mendatang. Namun, kata dia, BTN menargetkan percepatan
pemenuhan seluruh kebutuhan perumahan, menjadi tahun 2024.
“Bagaimana untuk melakukan ini
(percepatan)? BTN melakukan transformasi, kami melakukan langkah-langkah
seperti menambah pengembangr, membangun digital
banking, menambah outlet Griya
KPR BTN semi mobile, dan percepatan
prosedur permohonan KPR,” ucap Maryono.
Dengan langkah-langkah tersebut,
penyediaan rumah BTN setiap tahun hingga 2024 akan meningkat. Misalnya pada
2017, BTN akan membangun 859.000 rumah dan pada 2018 akan membangun 1,03 juta
unit rumah.Pada tahun 2019 BTN menargetkan membangun 1,07 juta unit rumah, dan
pada 2020 akan membangun sebanyak 1,3 juta unit rumah. Pembangunan rumah akan
terus meningkat pada 2021 sebanyak 1,4 juta unit, 2022 sebanyak 1,5 juta unit,
2023 sebanyak 1,7 juta unit, hingga tercukupi semua kebutuhan perumahan pada
tahun 2024.
KPR Mikro
BTN
Konsisten dalam
perannya mendukung Program Sejuta Rumah yang dicanangkan oleh Pemerintah, PT
Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. merilis produk Kredit Pemilikan Rumah baru
bertajuk KPR BTN Mikro. Produk anyar ini diharapkan bisa menjawab
kebutuhan pembiayaan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah
(MBR) terutama pekerja di sektor informal yang jumlahnya diprediksi
mencapai 6,5 juta orang
“Dengan KPR Mikro, Bank BTN membuka
ruang bagi masyarakat yang lebih luas dalam memperoleh akses pembiayaan
perumahan,” kata Direktur Utama Bank BTN, Maryono, saat meresmikan peluncuran
KPR Mikro, belum lama ini. Adapun, produk KPR BTN Mikro membidik keluarga atau
individu yang memilki penghasilan rata-rata 1,8 juta rupiah hingga 2,8
Juta rupiah per bulan.
Segmen masyarakat ini merupakan
segmen yang paling membutuhkan akses pembiayaan rumah, karena mereka tidak
masuk dalam kategori penerima KPR Subsidi baik dalam skema Fasilitas
Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) maupun Subsidi Selisih Bunga (SSB), dan
juga Subsidi Bantuan Uang Muka (SBUM) yang dikucurkan Pemerintah.
Meski menyasar segmen MBR, KPR BTN
Mikro bukan bagian dari program bantuan pendanaan program sejuta rumah yang
dicanangkan Pemerintah. “Pendanaan KPR Mikro ini murni inisiatif Bank BTN,”
ujar Maryono.
Masyarakat pun tetap bisa menikmati
bunga kredit murah. Dalam peluncuran produk KPR BTN Mikro, Bank BTN menawarkan
promo bunga KPR BTN Mikro sebesar 7,99 persen per tahun (fixed). Selain bunga kredit yang rendah, angsuran pun dibuat dengan
skema yang ringan, misalnya dibayar mingguan, atau harian.
Selain angsuran yang ramah di
kantong, KPR BTN Mikro juga memberikan besaran uang muka yang ringan,
tergantung pada kegunaan. KPR BTN Mikro pun dapat dipergunakan untuk
pembelian rumah baru atau second, pembelian kavling, pembangunan
rumah di atas lahan yang sudah dimiliki, serta perbaikan atau renovasi rumah.
Maryono melanjutkan, untuk pembelian
rumah pertama, Bank BTN menerapkan uang muka hanya sebesar 1 persen. Sementara
untuk renovasi rumah atau pembangunan rumah, uang muka diwajibkan minimal 10
persen. Uang muka tersebut, bisa digunakan untuk mencairkan KPR Mikro, dengan
plafon atau nilai maksimal 75 juta rupiah.
Pembiayaan mikro ini juga bisa
diberikan secara berulang (repetitive) atau bergulir (revolving).
Kemudian, jangka waktu kredit bisa sampai dengan 10 tahun. Selama
menggunakan produk KPR BTN Mikro, nasabah pun mendapatkan asuransi dari kredit
properti yang diajukan.
"Tantangan penyediaan rumah selama
ini, menjadi peluang bagi BTN sebagai perbankan yang paling siap dalam program
satu juta rumah di tahun ini," kata Direktur Utama BTN, Maryono.*
No comments