web counter Peluang Telkomsel Investasi BTS di Kawasan “Raja Ampat Sumatera” Mandeh - KabarMinang.com

Header Ads

PKK

Peluang Telkomsel Investasi BTS di Kawasan “Raja Ampat Sumatera” Mandeh





Senja di Kawasan Mandeh. (foto Yurnaldi)



Oleh YURNALDI
Wartawan Utama

Terpukau oleh keindahan alam di Kawasan Mandeh, Kecamatan Koto XI Tarusan, Kabupaten Pesisir Selatan, Provinsi Sumatera Barat, sejumlah keluarga yang tergabung dengan Komunitas Trooper Indonesia (KTI) Chapter Padang, Kamis (21/9/2017) asyik memotret dengan telepon seluler androidnya. Berbagai sisi mereka rekam, dan tentu tak lupa berswafoto. Namun, ketika hendak segera mengirim informasi, foto dan video ke akun media sosial miliknya, mereka gigit jari, karena tak ada jaringan telekomunikasi. No signal.

Kawasan Wisata Mandeh, "Raja Ampat Sumatera". Tujuan wisata dunia yang minim infrastruktur telekomunikasi. (Foto Yurnaldi)

                   Puas berfoto dan buat video mereka melanjutkan perjalanan mengitari Kawasan Mandeh yang dijuluki banyak wisatawan sebagai “Raja Ampat Sumatera” melewati pebukitan yang mendaki dan menurun. Di tempat ketinggian dengan pemandangan lepas yang menarik, mereka berhenti dan kembali berfoto-foto. Kali ini mereka berharap ada jaringan telekomunikasi, sehingga bisa mengabari keindahan alam ciptaan Allah SWT di kawasan pesisir barat yang menghadap ke Samudera Hindia itu. Dan lagi-lagi mereka dihadapkan pada situasi dan kondisi tanpa jaringan telekomunikasi.
                “Oala…..kenapa bisa daerah sebagus dan terindah di Indonesia  wilayah barat ini tak punya jaringan telekomunikasi. Pengunjung ramai, tapi tak bisa berkirim kabar, foto dan video segera. Menyedihkan dan memprihatinkan. Jangan-jangan pelaku bisnis di bidang telekomunikasi belum pernah melihat potensi yang sedemikian besar di Kawasan Mandeh,” kata Paduka Raja, wartawan dan penulis blog pariwisata yang diperhitungkan, yang ikut dengan rombongan KTI Chapter Padang itu.

                           Peta Kawasan Mandeh, tujuan wisata terkemuka di Sumatera Barat

                Saking terpesona dengan keindahan alam Kawasan Mandeh yang eksotik, rata-rata mereka sudah berkunjung 2-4 kali ke daerah tujuan wisata terkemuka di Sumatera Barat ini. Tak puas sekali, mereka kembali agendakan datang untuk kesempatan selanjutnya. Makanya, tak heran, hampir setiap hari Kawasan Mandeh seluas 18.000 hektar itu ramai dikunjungi. Jumlah pengunjung di akhir pekan atau hari libur bisa meningkat sampai 300 persen dibanding hari-hari biasa.
                Masalah tanpa jaringan telekomunikasi  di Kawasan “Raja Ampat Sumatera “ Mandeh ini selalu jadi keluhan wisatawan lokal, nasional, dan wisatawan mancanegara. “Kalau berpikir sekarang dan untuk hari ini, mungkin pelaku bisnis di bidang telekomunikasi seperti Telkomsel, belum bisa bicara untung. Akan tetapi bicara untuk jangka panjang, keuntungan besar akan diperoleh setiap tahunnya,” kata Eri Belibis, pengusaha Audio Mobil dan pengurus KTI Chapter Padang. “Sebab banyak rencana pemerintah untuk mengembangkan daerah ini sebagai daerah tujuan wisata dunia.”

Kapal wisata menuju Kawasan Mandeh. (Foto Yurnaldi)

Wisatawan tengah menikmati pesona Kawasan Mandeh. (Foto Yurnaldi)


 Kawasan Ekonomi Khusus Mandeh
                Presiden RI Joko Widodo sudah mengunjungi Kawasan Mandeh tahun 2016 lalu. Presiden sangat terkesan dengan keindahan alam di atas laut maupun di bawah laut. Dan untuk kawasan yang sangat indah ini sangat cocok dijadikan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandeh, karena akan menguntungkan masyarakat setempat secara ekonomi. Kunjungan wisatawan dari tahun ke tahun akan lebih meningkat.
                Bahkan, untuk infrastruktur jalan, Pemerintah Pusat mengelontorkan dana Rp500 miliyar tahun 2016 dan berharap ada juga dana dari APBD Provinsi Sumatera Barat dan APBD Kabupaten Pesisir Selatan. “Membangun kawasan wisata, apalagi membangun Kawasan Ekonomi Khusus Mandeh, harus fokus. Tak bisa setengah-setengah,” kata Jokowi, ketika itu.
                

Potensi laut dan bawah laut kawasan Mandeh, sangat luar biasa. (Foto Yurnaldi)

                 Untuk mewujudkan KEK Mandeh itu, menurut Kepala Dinas Pariwisata Sumbar Oni Yuflian, sudah dialokasikan anggaran sebesar Rp42,5 miliar dari APBD Provinsi Sumbar dan Rp15 miliar dari APBD Kabupaten Pesisir Selatan, guna pembebasan lahan seluas 400 hektar. Secara umum, Kawasan Mandeh mencakup wilayah seluas 18.000 hektar yang terdiri dari sejumlah pulau dan masuk dalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Nasional (RIPPNAS) bersama Biak dan Bunaken.
                “Kawasan ini memiliki keragaman wisata bahari dan panorama alam yang potensial dikembangkan menjadi tujuan wisata dunia,” tandas Oni Yuflian.

Keragaman wisata bahari Kawasan Mandeh sangat potensial dikembangkan sebagai tujuan wisata dunia. (Foto Yurnaldi)

                Wakil Gubernur Sumatera Barat Nasrul Abit menjelaskan, guna mempercepat pengembangan kawasan, Pemerintah Provinsi Sumatera Barat juga mensinergikan pengembangan Mandeh bersamaan dengan Kawasan Wisata Terpadu Gunung Padang di Kota Padang menjadi Kawasan Wisata Terpadu Sumatera Barat.
                “Jarak Mandeh dari Padang hanya 56 km, sehingga potensial dikembangkan bersamaan untuk mempercepat pengembangan infrastruktur kawasan itu. Dan sudah ada ketertarikan investor asal Qatar dan Arab Saudi untuk menanamkan investasinya di kawasan tersebut,” jelas Nasrul Abit, yang sebelumnya dua periode menjadi Bupati Pesisir Selatan.
                Menurut Kepala Dinas  Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Sumatera Barat Miswar Dedi, potensi investasi pengembangan wisata Kawasan Mandeh bisa mencapai Rp1 triliun bila dikelola secara maksimal. Apalagi, Pemimpin Arab Saudi Raja Salman ikut melirik kawasan tersebut.
                “Sejumlah investasi yang bisa dikebangkan antara lain pembangunan resort terpadu, infrastruktur penunjang pariwisata, dermaga, wahana permainan dan sejumlah investasi lainnya yang mendukung sektor pariwisata. Untuk tahap awal peluang investasi daerah itu diarahkan melalui 400 hektar lahan yang dialokasikan untuk Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandeh,” katanya.
                Di tempat terpisah di Jakarta, Ketua Pokja Percepatan 10 Destinasi Prioritas Kementerian Pariwisata, Hiramsyah Sambudhy Thaib mengatakan, setelah Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno menetapkan Mandeh sebagai sentra pariwisata, sekitar 400 hektar lahan di Mandeh akan dibangun pusat amenitas seperti hotel, balai pertemuan, restoran, dan sebagainya.
                “Sebagai KEK pariwisata, Kawasan Mandeh akan menjadi seperti kawasan Nusa Dua, Bali. Dulu, Nusa Dua jauh dari Denpasar, jauh dari keramaian Kuta, dan minim fasilitas publik. Sekarang, Nusa Dua sudah berkelas dunia dan menjadi pusat konvensi. Dampak KEK itu buat perekonomian sangat signifikans dan  Mandeh kelak bisa menjadi motor penggerak pertumbuhan industri di Sumatera Barat,” kata Hiramsyah.
                Hiramsyah sependapat dengan Menteri Pariwisata Arief Yahya yang menempatkan Mandeh sebagai “Raja Ampat Sumatera” sebagaimana pesona yang dimiliki Raja Ampat di Papua Barat. Kekuatan pesona Mandeh ada di bahari, wisata laut, pantai, dan bawah laut. Meskipun pemanfaatkan pariwisata Mandeh belum optimal, kawasan ini sudah dipadati oleh wisatawan nusantara dan mancanegara setiap tahun.
                Data yang dipaparkan Wakil Gubernur Sumatera Barat Nasrul Abit, tahun 2016 wisatawan mengunjungi Provinsi Sumatera Barat sebanyak 5,5 juta, yang didominasi wisatawan nusantara, sebanyak 5,2 juta. Sedangkan untuk wisatawan mancanegara yakni sebanyak 34.366 orang. Saat ini, peringkat Sumatera Barat sebagai daerah tujuan wisata mancanegara berdasarkan pintu masuk melalui BIM berada pada peringkat 9 dari 19 pintu masuk bandara di Indonesia.

                               Wakil Gubernur Sumatera Barat, Nasrul Abit. (Foto Yurnaldi)
               
Telkomsel, Investasi Segera
                Ketika sudah ada kepastian arah pembangunan KEK Mandeh dan  situasi dan kondisi sekarang yang tanpa infratsruktur telekomunikasi itu, maka Telkomsel sebagai operator telepon seluler kelas dunia, perlu segera merebut peluang investasi pembangunan infrastruktur telekomunikasi guna mendukung sektor pariwisata dan perekonomian.
                Dari sekarang sudah seharusnya pihak telkomsel mengancar-ancar titik untuk membangun Base Transceiver Station (BTS). Bukankah Direktur Utama Telkomsel Ririek Adriansyah berkali-kali menegaskan bahwa, “Sudah menjadi tanggung jawab kami untuk mempersatukan negeri secara berkesinambungan dengan terus membangun dan membuka akses layanan telekomunikasi di seluruh wilayah Indonesia, termasuk wilayah perbatasan negara.”
                Secara nasional saat ini Telkomsel telah menggelar lebih dari 146.000 BTS hingga penjuru Tanah Air yang menjangkau hingga 95 persen wilayah populasi penduduk Indonesia. Dari jumlah tersebut, lebih dari 96.000 BTS di antaranya merupakan BTS 4G dan 3G untuk menjamin pelanggan menikmati layanan data yang berkualitas. Khusus untuk Sumatera Barat sudah dilayani lebih dari 2.400 BTS, di mana 40 persennya adalah BTS 3G dan 4G.
                Walaupun demikian, KEK Mandeh yang dijuluki “Raka Ampat Sumatera” ini kalau bisa menjadi prioritas pembangunan BTS Telkomsel. Sepanjang jalur wisata Mandeh menurut hemat penulis perlu dibangun 4-5 BTS 4G dan 3G. Investasi Rp1 miliar per BTS atau Rp4-5 miliar oleh Telkomsel bukanlah sesuatu yang berat bila dibandingkan keuntungan atau pendapatan perusahaan Telkomsel tiap tahunnya yang mencapai Rp73 triliun lebih (2015).
                Memanfaatkan peluang investasi membangun pemancar atau BTS 4G LTE di Kawasan Mandeh mungkin sejalan dengan tekad Telkomsel yang mengaku bakal agresif memperluas jaringan 4G LTE di seluruh kawasan Indonesia, dan akan menyelimuti seluruh kota dan kabupaten dengan jaringan 4G LTE miliknya.
                Direktur Network Telkomsel Sukardi Silalahi mengatakan, sejauh ini jaringan 4G LTE Telkomsel telah menyelimuti 60 persen kawasan Indonesia. Koneksi internet cepat di seluruh ibukota kabupaten Sumatera ditangani 2.000 unit BTS 4G. Jumlah BTS ini rencananya akan ditambah sesuai dengan kebutuhan di masing-masing area.
                Dan semoga pembangunan BTS 4G di sepanjang jalur Kawasan Mandeh  menjadi target Telkomsel tahun 2018. Bukankah meningkatnya jumlah pelanggan dan layanan juga harus diimbangi oleh pengembangan infrastruktur seperti pembangunan BTS? Semoga denyut dan harapan masyarakat menjadi perhatian khusus Telkomsel.

Pantai di Sungai Nyalo, Kawasan Mandeh. (Foto Yurnaldi)

               
               



No comments

Powered by Blogger.