web counter Pesona Wisata Bahari Mentawai, Luar Biasa dan Mendunia - KabarMinang.com

Header Ads

PKK

Pesona Wisata Bahari Mentawai, Luar Biasa dan Mendunia




Pantai Pasir Putih di Sinaka, Kepulauan Mentawai. (Foto Yurnaldi)

Oleh YURNALDI
Wartawan Utama, Pendiri dan Ketua Forum Wartawan Pariwisata Sumatera Barat (2005-2006)

              Tidak banyak destinasi wisata dunia di Indonesia. Dan Mentawai adalah salah satu destinasi yang sudah lama dikenal wisatawan mancanegara. Ironisnya, Mentawai masih relatif asing di kalangan wisatawan domestik. Belum banyak anak bangsa ini yang menikmati eksotika wisata bahari daerah berjuluk Bumi Sikerei ini. Sementara, ketika saya berkunjung ke Inggris tahun 2004, Jepang tahun 2010, Australia tahun 2010, dan Afrika Selatan --negara yang ketika itu dikunjungi 25 juta wisatawan setahun, di tahun 2002, nama Mentawai lebih familiar dibandingkan nama Indonesia. Selain Mentawai, mereka juga kenal Bali.
            Apa pasal? Ternyata, banyak wisatawan asal negara Inggris, Jepang, Australia, dan Afrika Selatan itu yang sudah beberapa kali mengunjungi Mentawai, setidaknya untuk berselancar dan atau mengikuti kompetisi berselancar kelas dunia. Mereka tak tahu bahwa Mentawai adalah daerah otonom yang bernama Kabupaten Kepulauan Mentawai, yang menjadi bagian wilayah Provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Mungkin karena tak sabaran ingin menikmati eksotika surga wisata dunia Mentawai, mereka jadi abai dengan masalah geografi, termasuk negara yang bernama Indonesia.

Pasir putih di Pulau Awera, Kecamatan Sipora, Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, menjadi salah satu tujuan wisata yang ramai dikunjungi. (Foto: Yurnaldi)

Wisatawan di Mentawai usai mancing, langsung bakar ikan hasil pancingan. (Foto Yurnaldi)

Peta Kabupaten Kepulauan Mentawai

            Mungkin itu tak menjadi masalah. Yang penting, mereka berkunjung menikmati surga dunia di Mentawai, menghabiskan uang ribuan dolar AS. Sekali kunjungan, kata Kepala Dinas Pariwisata Kepulauan Mentawai, Desti Seminora, wisatawan mancanegara menikmati gelombang Mentawai sampai dua pekan. Dan untuk penginapan, mereka harus booking setahun sebelumnya.
             “Setahun jumlah kunjungan wisatawan ke Mentawai mencapai 10.000 orang, dan sekira 7.500 orang di antaranya wisatawan mancanegara,” ungkap Desti Seminora, kepada penulis, Minggu pekan lalu.

Wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara ketika kapal yang mengangkutnya berlabuh di Pelabuhan Tuapeijat, Kabupaten Kepulauan Mentawai. (Foto: Yurnaldi)
                                                                        **
            Beruntung saya, pagi itu masih ada motor boat ke Desa Silabu, Kecamatan Sikakap, Kabupaten Kepulauan Mentawai. Saya ingin menyaksikan khusus aktivitas wisatawan berselancar. Setelah satu jam perjalanan laut dengan tantangan gelombang besar Samudera Hindia yang sewaktu-waktu bisa muncul, akhirnya sampai juga saya ke Macaronis Resort.
            Macaronist Resort satu-satunya penginapan wisatawan di Desa Silabu dan penuh terus, Untuk bisa menginap di sana harus booking setahun sebelumnya. Ada juga sejumlah homestay, namun juga penuh oleh tetamu yang datang khusus untuk berselancar.

Pasir putih di Desa Silabu, Kcamatan Sikakap, salah satu destinasi yang ramai dikunjungi. (foto: Yurnaldi)

Wisatawan di Macaronis Resort, Desa Silabu, Kepulauan Mentawai. (Foto Yurnaldi)

Penginapan di Pulau Oinan, Kecamatan Sipora, Kepualuan Mentawai. Pulau ini juga berpasir putih. (Foto: Yurnaldi)

            “Saya sudah sejak setahun lalu pesan penginapan di sebuah resort di Silabu untuk berburu gerhana matahari total (GMT) Plus. Plus-nya bermain papan selancar (surfing). Pilihan ke Sikakap, Mentawai, untuk berburu GMT Plus karena di daerah lain di Indonesia bahkan di dunia, tak ada yang melebihi keunikan Mentawai,” kata Carlos Munoz, wisatawan Swiss berdarah Spanyol, yang sekapal dengan penulis.
Plus yang dimaksud Carlos adalah selain bisa berselancar di ombak terbaik di dunia, juga bisa menikmati ikon dunia lainnya, yakni sikerei, tato tertua di dunia, uma, flora dan fauna endemik, dan  kawasan hutan yang menjadi paru-paru dunia, serta surga bawah laut dengan terumbu karang yang luar biasa. Selain Carlos, juga ada puluhan wisatawan mancanegara pemburu GMT asal Amerika, Perancis, Australia, Kanada, China, Korea yang sekapal dengan penulis.dari Padang, Maret 2016 lalu. 


Sikerei, penduduk asli etnik Mentawai dengan tato tradisionalnya. (foto: Edy Utama)

            Di Macaronist Resort, para wisatawan tak henti-hentinya melaut. Pagi-pagi usai sarapan mereka sudah berangkat dengan membawa papan selancar. Jam makan siang mereka kembali ke penginapan. Setelah itu mereka berangkat lagi pergi berselancar. Sore, menjelang mentari tenggelam di cakrawala, mereka pulang dengan speedboat yang difasilitasi pihak penginapan. Begitu setiap hari aktivitas mereka.
            Sepertinya wisatawan mancanegara tak puas-puasnya dengan kegiatan berselancar. Bagi yang membawa serta keluarga dan anak-anak, maka di pantai sekitar penginapan mereka bisa melakukan aktivitas seperti menyelam, memancing, perahu kano atau berenang di kolam renang.
            Satu hal yang membuat wisatawan mancanegara betah berlama-lama di Desa Silabu dan belasan lokasi berselencar lainnya di Mentawai, karena selain pantainya yang berpasir putih dan terumbu karangnya yang lestari, juga karena merasa aman dan nyaman. Tidak terusik oleh aktivitas masyarakat setempat.
                                                                        **

Wisatawan mancanegara menuju titik lokasi berselancar di Desa Silabu. (Foto: Yurnaldi)


Wisatawan Mancanegara menikmati eksotisme Bumi Sikerei Mentawai di Silabu. (Foto Yurnaldi)

            Sebagai daerah kepulauan dengan panjang garis pantai mencapai 758 km, Mentawai menjadi surga wisata dunia karena pantainya yang berpasir putih dan kawasannya tidak sepadat Bali. Jika dicermati situs-situs dan majalah luar negeri, banyak wisatawan dan peselancar kelas dunia yang berkomentar bahwa obyek wisata Mentawai dengan tujuh ikon dunia jauh lebih spektakuler dari Bali.
Siang itu, panas terik sekali. Sebuah kapal mewah asing sedang terapung-apung di sekitar Pulau Karangmajat, Kecamatan Siberut Selatan. Kapal mewah itu dilengkapi speedboat dan jetsky. Sekitar ratusan meter dari situ, sejumlah turis tengah menikmati gulungan ombak setinggi 3-4 m dan beningnya air laut yang menampakkan keindahan terumbu karang.
            Berjam-jam mereka menikmati "surga" laut Mentawai di kawasan pulau berpasir putih yang hening dan tidak ada masyarakat yang bermukim di situ. Mereka menunggu giliran ombak yang bisa membuatnya bisa melakukan gerakan-gerakan atraktif di papan selancar. Bayangkan, mereka bermain di dalam gulungan ombak. Ombak habis, mereka kembali berenang di atas papan selancar ke titik ombak mulai menggulung.
            Tidak hanya di Pulau Karangmajat. Di kawasan Pulau Nyangnyang, Pulau Botik, Pulau Mainuk, dan Pulau Masilok, sejumlah peselancar asing lainnya juga tengah bercumbu dengan ombak Mentawai yang sudah tersohor ke mancanegara. Ketika merasa lapar dan beristirahat, mereka naik ke kapal. Setelah itu, mereka berselancar lagi. Mereka melakukannya tidak cukup sehari, tapi berhari-hari, 10-14 hari. Semua keperluan logistik tersedia di kapal, termasuk penginapan.
            Mentawai sudah terkenal di kalangan para peselancar dunia. Setidaknya terbukti dengan menjamurnya situs internet asing yang mengungkap keindahan dan keeksotikan wisata Mentawai.
Wisatawan ketika berbelanja dengan masarakat di perairan Sikakap. (Foto: Yurnaldi)

Tahun 2015, menurut Kepala Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga, Desti
Seminora, ada 2.500 kunjungan wisatawan mancanegara ke Mentawai untuk berselancar. Di Siberut sejumlah lokasi cukup dikenal, di antaranya Nyang-nyang, Karangmajat, Karoniki, Panggalat, dan Mainuk, serta Masilok. Sedangkan di Sikakap tercatat tiga lokasi, yakni di pantai barat, pantai selatan, dan Pagai Utara. Sedangkan di Sipora, lokasi berselancar terdapat di Bosua dan Katiet.
             "Pada seluruh lokasi tersebut terdapat 23 jenis ombak berstandar internasional, di antaranya: ombak ebay, pictop, beng-beng, vavuf, nippusy, kandui right, kandui left, four bob, cabies, promises, buger wovwt kendi left, mainuk left, telescope, scare crow, ice land, lences left, lences right, maccaronis, rock, thunders, holde, dan disco," jelas Desti Seminora.
            Dalam Konferensi Internasional Wisata Olahraga (Conference on Sport Tourism), pertengahan Mei tahun 2002 di Seoul, Korea Selatan, nama Mentawai mencuat sebagai daerah kunjungan wisata surfing terbaik dunia.


Anggrek bulan, salah satu jenis anggrek endemik Mentawai. (Foto Yurnaldi)

Beo Mentawai, salah satu fauna endemik Mentawai. (Foto Yurnaldi)
    
        Tak hanya sebatas berselancar. Potensi lain juga dapat dinikmati wisatawan yang ingin melihat keindahan alam bawah laut dengan terumbu karang dan flora-faunanya yang indah, unik, dan spesifik. Pecandu scuba diving dan snorkelling, pasti tergila-gila dibuatnya. Ada Taman Wisata Laut Teluk Saibi Sarabua, Taman Wisata Laut Pulau Pagai, dan Taman Buru Pulau Sipora.

Festival Muanggau Mentawai, lomba berburu kepiting endemik Mentawai dan kemudian memasaknya. (Foto Yurnaldi)

Kepiting Endemik Mentawai (Foto Yurnaldi)

Kuliner khas Mentawai dengan bahan kepiting endemik. (Foto Yurnaldi)

        Anda ingin berwisata ke Mentawai? Jika berangkat sore hari, pukul 17.00 WIB, maka pelabuhan keberangkatan terdapat di Pelabuhan Bungus, sekira 15 km selatan Kota Padang. Sedangkan jika ingin berangkat pagi, pukul 07.00 WIB, pelabuhan pemberangkatan dari Pelabuhan Muaro, yang berada di pusat Kota Padang.**

Sesudut pemandangan eksotik di Sikakap saat subuh. (Foto: Yurnaldi)

Pantai pasir putih di pusat ibukota Kebupaten Kepulauan Mentawai Tuapeijat. (Foto: Yurnaldi)


Salah satu pemukiman masyarakat Mentawai di Sikakap dengan alam yang tetap asri. 
(Foto Yurnaldi)



No comments

Powered by Blogger.